Sosok Chaerul Saleh, Pejuang Kemerdekaan yang Dikira PKI, Berakhir Jadi Tahanan Rumah

Опубликовано: 14 Август 2022
на канале: Tribunnewsmaker Official
1,617
9

#shorts
TRIBUN-VIDEO.COM - Setelah pasukan pendudukan Jepang berkuasa ke Indonesia, ia menjadi anggota panitia Seinendan dan anggota Angkatan Muda Indonesia.

Ia juga menjadi anggota Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pimpinan empat serangkai: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan Kiai Haji Mas Mansyur. (2)

Namun, setelah melihat kekejaman pasukan Jepang, ia menjadi anti-Jepang dan ikut membentuk Barisan Banteng.


Keberanian Chairul Saleh bisa dilihat menjelang runtuhnya kekuasaan Jepang pada pertengahan tahun 1945.

Ketika itu, ia mengajak teman-temannya menentang kaum tua yang masih percaya bahwa Jepang membantu persiapan kemerdekaan Indonesia.

Ia menolak ikut keanggotaan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Ia juga berada di balik aksi “penculikan” Sukarno dan Hatta ke Rengasdengklok sehari menjelang proklamasi kemerdekaan.

Sukarno-Hatta pun akhirnya menguman­dangkan proklamasi Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Ketika Belanda melancarkan agresi II, Chaerul Saleh keluar dari Yogyakarta dan kemudian melakukan perang gerilya di Sanggabuana, Jawa Barat, bersama Las­kar Rakyat.


Sikapnya yang sangat militan dengan tidak bersedia berhubungan dengan Belanda dalam bentuk apa pun membuat Laskar Rakyat pimpinannya harus berhadapan dengan pa­sukan Belanda (NICA), TNI, dan juga pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TIl) ketika dilang­sungkannya Konferensi Meja Bundar (KMB).

Meski Chaerul kemudian berhasil menyelusup masuk ke Jakarta, ia ditangkap pihak berwajib karena pengkhianatan bekas anak buahnya.

Chaerul ditahan di penjara Paledang (Bogor), kemudian dipindahkan ke berbagai rumah tahanan lainnya, seperti penjara Gang Tengah, Glodok, Banceuy (Bandung) sebelum akhirnya dipindahkan ke Nusa Kambangan.

Karena campur tangan Moham­mad Yamin yang menjabat Menteri Kehakiman, Chae­rul dibebaskan dan kemudian dikirim ke Bern, Swiss, dengan dalih tugas belajar selama 4 tahun (1952–1956).


Kepeduliannya kepada nasib bekas anak buahnya (Laskar Rakyat) membuat Chaerul mengupayakan perbaikan nasib bagi mereka hingga akhirnya terben­tuklah Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI). (3)

Chaerul Saleh kemudian diangkat menjadi Menteri Urusan Veteran pada tanggal 9 April 1957 dan dianugerahi pangkat Jenderal Kehormatan.

Chaerul juga pernah diangkat menjadi Menteri Per­industrian dan Menko Pembangunan serta menjadi Wakil Perdana Menteri III pada tahun 1963.

Chaerui pernah pula memangku jabatan Ketua Majelis Permu­syawaratan Sementara (MPRS) pada tahun 1960–1966.

Ketika terjadi peristiwa G-30-S, Chaerul Saleh tengah berada di Beijing, Cina.

Baca: 17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Dr. Ir. H. Soekarno

Chaerul yang sangat antikomunis bertekad akan meng­adakan perlawanan dari luar negeri (Thailand) jika PKI menang.

Namun, setelah didapat kabar PKI dapat di­gulung, Chaerul berencana pulang ke tanah air.

Na­mun setibanya di Indonesia, Chaerul dimasukkan da­lam daftar hitam karena dicurigai terlibat G-30-S

Tuduhan selanjutnya yang dikenakan pada Chaerul adalah melakukan tindak korupsi 5 juta dolar AS pada proyek Petro Kimia di Gresik.

Chaerul Saleh dikenakan tahanan rumah (16 Maret 1966) dan selanjutnya ditahan di Rumah Tahan­an Militer (RTM) di Jalan Budi Utomo, Jakarta (16 April 1966) hingga akhirnya mengembuskan napas ter­akhirnya hari Rabu 8 Februari 1967.

Jenazahnya dima­kamkan oleh istri dan keluarganya di Taman Pemakaman Umum Karet, Jakarta.

https://www.tribunnewswiki.com/2021/0...